Strategi Dakwah Pesantren Al-Musri’

Dalam bidang pendidikan

Strategi atau rencana yang akan terus dilaksanakan oleh Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ adalah menyelenggarakan pendidikan terutama dalam agama islam kepada para santrinya, sehingga mereka memiliki bangunan yang kokoh dalam akidah, syari’ah, adab dan akhlak. Dengan demikian, setelah lulus, para santri diharapkan akan mampu berdakwah dan menghadapi tantangan yang mengancam dakwah islam.

Adapun bagi masyarakat Desa Kertajaya dan sekitarnya, Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ memfokuskan untuk menyampaikan kajian-kajian materi ilmu akidah atau ilmu tauhid yang paling mendasar melalui pengajian-pengajian yang diadakan di pesantren tersebut maupun di masjid-masjid yang ada di Desa Kertajaya dan sekitarnya. Hingga dalam khutbah Jum’at pun pengetahuan yang di ketengahkan adalah mengenai akidah pokok. Tujuannya adalah menguatkan fondasi pemahaman akidah Islam sehingga mereka tidak goyah dan kebal terhadap kristenisasi yang ada di desa itu. Pematerinya ialah hasil dari didikan atau santri-santri dan alumnus dari Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ sendiri.

Para kyai di Pesantren Miftahulhuda Al-Musri juga sangat terbuka terhadap masyarakat yang hendak berkonsultasi atau bertanya seputar agama. Mereka bersedia untuk menampung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat secara langsung, yakni dengan mengizinkan warga untuk mengunjungi kediaman kyai tersebut. Bahkan, untuk mempermudah, mereka pun melayani para warga melalui telepon juga media sosial semisal Whatsapp (WA).

Diantara strategi dakawh dalam bidang pendidikan yan telah dan sedang dijalankan oleh Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ saat ini adalah:

  1. Mendidik para santri agar mereka memiliki sebaik-baik akidah, pemahaman, adab dan akhlak. Kekuatan dakwah terletak pula pada adab dan akhlak dari da’inya. Oleh karena itu, selain belajar materi tentang tasawuf, beberapa santri menambah waktunya setiap malam pukul 21.00 untuk mengkaji kitab tentang adab dan akhlak di bawah bimbingan Kyai H. Ilham Rahmatulloh. Kitab yang dibahas adalah Bidayah al-Hidayah karya Imam al-Ghazali. Dengan demikian,  diharapkan ketika para santri terjun untuk berdakwah kelak di sertai oleh adab dan akhlak yang baik. Maka, dakwah yang mereka sampaikan akan meresap ke dalam hati para mad’u.
  2. Mengirimkan para santrinya untuk berkhidmat menyebar ke masjid di Desa Kertajaya dan sekitarnya kemudian mengajarkan ilmu-ilmu Islam melalui pengajian kepada masyarakat.
  3. Mengadakan pengajian umum secara rutin menyangkut materi seputar akidah, fikih, adab dan akhlak.
  4. Memberikan bimbingan kepada para mualaf mengenai ilmu-ilmu yang pokok. Lama bimbingan adalah 3 bulan, termasuk tes shalat beserta bacaanya, tilawah Al-Qur’an, dan sebagainya. Setelah itu, para mualaf mendapatkan surat atau ijazah mualaf dari Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’.
  5. Pembinaan mualaf secara berkesinambungan di luar pesantren. Kyai H. Ilham Rahmatulloh berhasil membeli rumah yang asalnya di miliki oleh Pendeta Kristen. Namun, pembelian tersebut penting karna para mualaf di sana membutuhkan tempat untuk mendapat pembinaan dan sebagai rumah singgah.
  6. Mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah yang berperan dalam penanganan kristenisasi di desa Kertajaya. Misalnya, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dengan menyelenggarakan pengajian serta diskusi diantara para pendakwah dan mendatangkan pakar Kristologi seperti Ustadz Ihsan Mokoginta, mantan Pendeta Kristen yang masuk islam. Beliau menyampaikan materi tentang keagungan Al-Qur’an serta menguak Bibel. Para peserta yang hadir pun mendapatkan buku tulisannya.
  7. Menyelenggarakan pertemuan dan diskusi rutin bagi pendakwah di desa Kertajaya untuk mebahas masalah-masalah dakwah dan kristenisasi serta mencari solusiya.
  8. Mengadakan pendidikan gratis bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Mereka tidak di bebani biaya pendidikan, namun biasanya di tawari untuk mengabdikan diri bekerja di berbagai bidang usaha milik pesantren.
  9. Membangun pesantren untuk pendidikan anak yatim.
  10. Menyelenggarakan bidang pendidikan umum dengan membangun sekolah Islam terpadu yang bernama Al-Huda Al-Musri’ 1. Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ juga disokong oleh eksistensi program Kejar Paket A, Paket B, Paket C yang tidak saja untuk santri tetapi pula untuk anak-anak yang putus sekolah di Desa Kertajaya dan sekitarnya. Meskipun masih mengikuti kurikulum pemerintah dengan pendidikan dan pelajaran sekulernya, tetapi setidaknya sekolah Islam terpadu ini adalah upaya untuk membekali para siswanya ilmu-ilmu fardhu ‘ain. Dengan begitu, diharapkan pelajaran-pelajaran yang sekuler dapat disikapi dengan kritis dan selektif.

Strategi kedepan yang belum dapat dilaksanakan adalah mendatangkan seorang pakar dan otoritas dalam Kristologi yang juga mengenal kondisi keagamaan dari penduduk Desa Kertajaya untuk membagikan ilmunya kepada para santri dan guru di Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’.

            Dari hasil evaluasi sejauh ini dakwah yang diterapkan dan paling efektif dalam bidang pendidikan, khususnya dalam membendung gerakan kristenisasi adalah melalui pengajian-pengajian umum yang materinya adalah tentang akidah pokok atau paling mendasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *